Jumat, 15 Maret 2013

KAMPUNG KU DESA RINTISAN

JANGAN BIARKAN KAMPUNG TERPENCIL TERUS TERKUCIL.
Kampung ku hanyalah sebuah desa kecil yang berpenduduk kurang-lebih 300 keluarga.
Kadang aku merasa minder sebagai warga kampung RINTISAN, karena dalam omongan orang di kecamatan dan desa-desa lain adalah sangat primitif, bertingkah aneh, maklum katanya desanya dulu adalah hutan dan daerah dataran rendah, di selilingnya hanya ada air dan rumput enceng gondok yang berkeliaran.
Sejenak aku berpikir, apakah ada yang salah dalam tata kehidupan alam ini jika kehidupan ku di anggap beda dengan yang lain


 Terlebih lagi yang selalu kena sOrotan prilaku adalah kalangan orang yang tidak mampu, sebut saja keluarga ku.
Mengingat waktu dulu aku tidak ada beda dengan sebuah tayangan Iklan ANAK SERIBU PULAU,.
Ingin melihat bangunan mewah, ingin melihat jalan raya, kendaraan motor dan mobil.
Aku harus mendayung perahu untuk bisa sampai ke kecamatan/Danau Panggang.


 Memerlukan waktu berjam-jam baru bisa sampai di kecamatan desa ku,.
Senangnya hati ku pun melihat keramaian mampu menghilangkan penatnya mendayung perahu penuh dengan keringat.




Sesampainya di tengah benua/kecamatan Danau Panggang, dengan rasa senang ku ikat tali perahu ku dan beranjak naik ke tengah jalan dan ku telusuri jalan-jalan beraspal walau tanpa alas kaki/tanpa sandal,.
Di tengah asyiknya melihat kendaraan-kendaraan yang simpang-siur, aku memperhatikan sebuah rumah yang ada antena parabolanya, aku pun mendekati rumah tersebut.
Dari luar jendela ku lihat, Waahh.. Ada acara TV rame banget Film POWER RANGERS RANGERS,.

Tapi hanya itungan detik dapat menonton tanyangan film tersebut "GobraKk" jendela pun tertutup, ssayup-sayup terdengar "TOH ORANG RINTISAN DI LUAR"
Kemungkinan bagi mereka merasa geli melihat ku dan takut kalau-kalau aku masuk ke rumah mereka.
INILAH SEPENGGAL KISAH DI MASA KECIL KU
Namun yang paling ku sesalkan untuk fasilitas masyarakat di kampung ku selalu jauh tertinggal dari pedesaan lain.
Karena tak hilang dari benak pikiran ku, sewaktu dulu saat mau berangkat ke sekolah minta di antar dulu sama orang tua dengan perahu. Kadang orang tua ku lagi sibuk dengan perahunya untuk berangkat kerja.
Aku harus menumpang dengan perayu orang yang lewat untuk bisa bersekolah.
Saat pulang sekolah kalau tidak ada tumpangan aku harus rela berenang menyeberangi sungai agar bisa pulang ke rumah.
Mungkin ini memang harus ku terima walau pun kenyataannya terasa pahit.
Yaa beginilah aku sebagai anak orang pakir miskin yang hidup di desa terpencil, bahkan aku juga selalu terkucil di pergaulan.

SEKARANG aku harus meminta jawaban dari orang-orang yang bertanggung jawab di atas Pemerintahan mereka, Untuk KEPALA DESA RINTISAN, UNTUK CAMAT DANAU PANGGANG DAN UNTUK BUPATI AMUNTAI.
Tapi yang paling menjanggal dalam hati ku sampai sekarang adalah pelayanan Aparat KEPALA DESA yang selalu lalai,. Insiatifnya kurang untuk terbuka kepada Pak CAMAT, sehingga teriring waktu Desa RINTISAN terus terabaikan dan terkucilkan
2. Perintahan yang tidak adil, seakan tak punya mata,.
Karena hanya cuek melihat keadaan sekelilingnya.
Orang bilang INDONESIA KAYA AKAN KE RAGAMAN BUDAYA,
TAPI KORUPSI JUGA ADALAH MENJADI BUDAYA INDONESIA
Orang kecil seperti ku mungkin tak ada artinya bagi kalangan atas untuk menyuarakan jeritan hati tentang ketidak adilan DUNIA INI.
Namun aku terus mencari bagaimana caranya agar DUNIA INI tau,. Kalau anak pakir miskin juga punya hak untu berbicara.!!!!